Kamis, 16 Desember 2010

PERLOMBAAN PORSADIN 2010

Dalam rangka berpartisipasi mengikuti perlombaan PORSADIN yang diselenggarakan pada tanggal 05 desember 2010. SD Islam Tahta Syajar mengikuti beberapa lomba diantaranya : Futsal, Cerdas Cermat, MHQ, Seni Kaligrafi. yang bertempat di Yayasan Al-Muhajirin Perumnas 3.
Meski bertandang nan jauh disana tidak menyurutkan siswa-siswi SD Islam Tahta Syajar dalam mengikuti perlombaan. perlombaan pertama diikuti oleh peserta MHQ yang diwakili oleh Fajrul Falah (Pa) dan Safira Rahma (Pi), Kemudian Seni Kaligrafi diwakili oleh Fiqri (Alghi) (Pa) dan Reita Ayu (Pi), selanjutnya Cerdas Cermat yang diwakili Oleh Saskia, Rifqi, Safina, serta Futsal yang diwakili Rendy, Ilham, Baihaqi, Hendy, Farhan, Hadi, Rifqi, Fajrul, Firdaus, Noval.
dalam perjalanan menuju titik puncak beberapa perlombaan mengalami kesulitan. terbukti peserta Cerdas Cermat hanya mampu melewati babak penyisihan, Seni kaligrafi pun mendapat persaingan yang cukup ketat dari para peserta lain, walaupun demikian masing-masing peserta mendapat peringkat dan menjadi juara harapan 1 dan 2, dalam MHQ pun persaingan sangat ketat dikarenakan memang bidang MHQ lah andalan semua sekolah, meski tak berhasil mendapat peringkat untuk MHQ putri, SD Islam boleh bangga mempunyai siswa yang sangat berbakat dan berhasil menjuarai MHQ putra yang diwakili oleh Fajrul Falah. dan berhak menjadi juara 1.
Tak kalah mendebarkan dipihak team futsal. meski menunggu sampai Ba`da Zuhur, team futsal berhasil mengalahkan lawan pertamanya dengan skor 2-0, dan pertandingan kedua pun mencetak skor yang sama, pada babak ke tiga team futsal SD Islam Tahta Syajar mendapat perlawanan hingga pertandingan harus ditentukan dengan adu pinalti, dan berkat pemain-pemain yang terus berjuang team futsal pun dapat mengakhiri adu pinalti tersebut dengan gemilang dan berhak melanjutkan ke babak berikut. pertandingan ke empat pun demikian dan harus mengakhiri dengan adu pinalti, namun keberuntungan berada dipihak lawan sehingga team futsal SD Islam Tahta Syajar berhak merebut juara 3.
Alhamdulillah berkat perjuangan peserta serta dewan pembimbing yang didampingi oleh orang tua murid yang ikut menyaksikan perjalanan perlombaan, SD Islam Tahta Syajar meraih Juara 1 MHQ Putra, Juara Harapan Kaligrafi 1 dan 2, serta Juara 3 futsal..
Prestasi yang diukir oleh para siswa-siswi SD Islam tahta Syajar tak lepas dari bimbingan para dewan guru seperti : Bp. Ikhwan, Bp. Mislah, Ibu. Muniroh, Ibu. Dzhulhulaifah, Ibu. Mus, Bp. Bayu, Bp. Iyad. serta tak lupa kepada para Orangtua yang telah membantu moril maupun materil.
Terakhir kami ucapkan banyak terima kasih kepada Siswa-siswi yang telah berjuang, dewan guru yang telah membimbing dan para orang tua yang sangat peduli kepada kemajuan siswa-siswi serta SD Islam Tahta Syajar.
BRAVO SD ISLAM TAHTA SYAJAR !!! TUNJUKAN BAKAT MU PADA PERLOMBAAN-PERLOMBAAN SELANJUTNYA.......










Rabu, 08 Desember 2010

Makna dan Ciri Interaksi Edukatif

Interaksi  edukatif sebenarnya  komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu, yakni untuk mencapai pengertian bersamaan yang kemudian untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).
Interaksi yang dikatakan sebagai interaksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya.
Pendidikan dan pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju ke dewasaan anak didik. Pestalozzi mengatakan bahwa makna dan tujuan pendidikan itu adalah Hifle Zur Selbshilfe, artinya pertolongan untuk pertolongan diri.
Pengajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing para pelajar/siswa di dalam kehidupan, yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalankan oleh para siswa itu. Tugas perkembangan itu akan mencakup kebutuhan hidup baik individu maupun sebagai masyarakat dan juga sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Guru dibutuhkan untuk membimbing, memberi bekal yang berguna. Ia sebagai guru harus dapat memberikan sesuatu secara dikdatis, dengan tugasnya menciptakan situasi interkasi edukatif. Guru tidak cukup hanya mengetahui bahan ilmu pengetahuan yang akan dijabarkan dan diajarkan pada siswa, tetapi juga harus mengetahui dasar filosofis dan diktatisnya, sehingga tetapi juga harus mengetahui dasar filosofi dan dikdatisnya, sehingga mampu memberikan motivasi di dalam proses interaksi dengan anak didik. Dalam hal ini sekaligus harus memahami metodologinya.
Kemudian secara rinci dalam proses edukatif paling tidak mengandung ciri-ciri antara lain :
  1. Ada tujuan yang ingin dicapai
  2. Ada bahan/pesan yang menjadi isi interaksi
  3. Ada pelajaran yang aktif mengalami
  4. Ada guru yang melaksanakan
  5. Ada metode untuk mencapai tujuan
  6. Ada situasi yang memungkinkan proses belajar-mengajar berjalan dengan baik
  7. Ada penilaian terhadap hasil interaksi.
Pendidikan dapat dirumuskan dari sudut normative, karena pendidikan menurut hakikatnya memang sebagai suatu peristiwa yang memiliki norma. Artinya bahwa dalam peristiwa pendidikan, pendidik (pengajar/guru) dan anak didik (siswa) berpegang pada ukuran, norma hidup, kesusilaan yang semuanya merupakan summer norma di dalam pendidikan.
Pendidikan dapat pula dirumuskan dari sudut proses teknis, yakni terutama dilihat dari segi peristiwanya. Peristiwa dalam hal ini merupakan suatu kegiatan praktis yang berlangsung dalam satu masa dan terikat dalam satu situasi serta terarah pada satu tujuan. Peristiwa tersebut adalah satu rangkaian kegiatan komunikasi antarmanusia, rangkaian kegiatan yang pengaruh mempengaruhi. Satu rangkaian perubahan dan pertumbuhan intelek dan pertumbuhan sosial. Pendidikan merupakan himpunan cultural yang sangat kompleks yang dapat digunakan sebagai perencanaan kehidupan manusia.
Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Dalam proses interaksi antara siswa dengan  guru, dibutuhkan komponen-komponen pendukung seperti antara lain telah disebut pada ciri-ciri interaksi edukatif.
Edi Suardi dalam bukunya Pedagogik (1980) merinci ciri-ciri interaksi belajar mengajar sebagai berikut :
  1. Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu.
  2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
  3. Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus
  4. Ditandai dengan adanya aktivitas siswa.
Sebagai konsekuensi, bahwa siswa merupakan sentral, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar mengajar.
  1. Dalam interaksi belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing
  2. Di dalam interaksi belajar mengajar dibutuhkan disiplin
  3. Ada batas waktu
Dalam kegiatan pengajaran, apa yang dikatakan interaksi edukatif  itu akan berlangsung dengan kegiatan interaksi belajar mengajar.
Komponen-Komponen Pengajaran
Pengajaran adalah suatu sistem, artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang berinterelasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Adapun komponen-komponen tersebut meliputi :
  1. Tujuan pendidikan dan pengajaran
  2. Peserta didik atau siswa
  3. Tenaga kependidikan khususnya guru,
  4. Perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum
  5. Strategi pembelajaran
  6. Evaluasi pengajaran.
Proses pengajaran ditandai oleh adanya interaksi antara komponen.
Pendidikan adalahsuatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuiakan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat.
Nilai-nilai tujuan dalam pengajaran diantaranya adalah sebagai berikut :
  1. Tujuan pendidikan mengarahkan dan membimbing kegiatan guru dan murid dalam proses pengajaran.
  2. Tujuan pendidikan memberian motivasi kepada guru dan siswa.
  3. Tujuan pendidikan memberikan pedoman atau petunjuk kepada guru dalam rangka memilih dan menentukan metode mengajar atau menyediakan lingkungan belajar bagi siswa.
  4. Tujuan pendidikan penting  maknanya dalam rangka memilih dan menentukan alat peraga pendidikan yang akan digunakan.
  5. Tujuan pendidikan penting dalam menentukan alat/teknik penilaian guru terhadap hasil belajar siswa.
Tujuan pendidikan dan pengajaran dapat kita bagi menjadi empat tingkatan/jenjang sesuai dengan ruang lingkup dan sasaran yang hendak dicapai oleh tujuan itu.
  1. Tujuan pendidikan nasional
  2. Tujuan lembaga pendidikan
  3. Tujuan kurikuler
  4. Tujuan mengajar dan belajar
Tujuan Pendidikan nasional
Tujuan pendidikan nasional adalah umum dari sistem pendidikan nasional. Tujuan ini merupakan jangka panjang dan sangat luas dan menjadi pedoman dari semua kegiatan/usaha pendidikan di negara kita. Tujuan ini kemudian dijadikan landasan dalam menentukan tujuan sekolah dan tujuan kurikulum sekolah, tujuan pendidikan formal dan nonformal. Dengan kata lain, tujuan pendidikan nasional menjadi pedoman dari seluruh kegiatan dan lembaga pendidikan di negara kita.
Dalam sistem pendidikan nasional (UU RI No. 2 tahun 1989) dikemukakan, bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan (depdikbud, 1989).
Tujuan Lembaga Pendidikan
Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional yang umum sekolah dasar hendaknya mencapai tujuan atau target sebagai berikut:
1)    Supaya anak-anak tamatan sekolah dasar mengenal kewajiban dan haknya sebagai manusia Pancasila sesuai dengan maksud ketetapan MPRS. No. XXVII/66 dan perbuatan selarasa dengan pengetahuan dan pengertian itu
2)    Supaya anak-anak tamatan sekolah dasar memiliki salah satu keterampilan atau kecakapan khusus yang merupakan bekal hidupnya dalam masyarakat dan dengan demikian dapat berdiri sendiri dan menyumbangkan kecakapannya bagi pembinaan masyarakat adil dan makmur.
3)    Supaya anak-anak tamatan sekolah dasar, memiliki dasar ilmu pengetahuan yang kukuh dan keprigelan penggunaannya untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah.
Demikian setiap lembaga pendidikan memiliki tujuannya sendiri dan berbeda dengan tujuan lembaga pendidikan lainnya.
Tujuan Kurikulum
Kurikulum dari setiap pendidikan/sekolah di Indonesia harus mencerminkan jiwa mukadimah UUD 45. Demikian kurikulum harus menjadi pelaksana UUD 45 di bidang/dan melalui pendidikan.
Kurikulum harus memberikan kemungkinan perkembangan menjadi manusia seutuhnya yang bermental moral, budi pekerti luhur dan kuat keyakinan beragamanya, yang memiliki kecerdasan tinggi dan terampil dalam pembangunan dan memiliki fisik yang sehat dan kuat.
Tujuan Mata Pelajaran
Di dalam setiap kelompok terdapat sejumlah mata pelajaran. Dan setiap mata pelajaran memiliki tujuan-tujuannya sendiri yang berbeda satu sama lain. Tujuan-tujuan mata pelajaran ini merupakan penjabaran dari tujuan kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Guru yang efektif perlu memahami pertumbuhan dan perkembangan siswa secara komprehensif.
@ Konsep-konsep dasar tentang perkembangan siswa
Konsep-konsep dasar  yang berkenaan dengan perkembangan siswa ialah :
Pertumbuhan
Pertumbuhan ialah pertambahan secara kuantitatif dari substansi atau struktur yang umumnya ditandai  dengan perubahan-perubahan biologis pada diri seseorang yang menuju ke arah kematangan.
Kematangan
Kematangan adalah tingkat atau keadaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan perorangan sebelum ia dapat melakukan sebagaimana mestinya pada bermacam-macam tingkat pertumbuhan mental, fisik, sosial dan emosional.
Kedewasaan (maturation) adalah kemajuan pertumbuhan yang normal ke arah kematangan. Proses maturasi disebabkan oleh faktor pertumbuhan dari dalam pada berbagai kapasitas dan struktur.
Kedewasaan
Perkembangan
Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseornag, yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasistas, fungsi, dan efisiensi. Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan intelektual, emosional, spiritual adalah hubungan satu sama lain.
Perkembangan yang normal
  • Perkembangan normal dilihat dari segi pola perkembangan individu siswa. Perkembangan ini berbeda untuk setiap individu
  • Perkembangan normal dilihat dari segi usia kronologis.
Murid adalah salah satu komponen dalam pengajaran, disamping faktor guru, tujuan dan metode pengajaran. Murid adalah yang terpenting diantara komponen lainnya. Pada dasarnya “ia” adalah unsur penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya murid, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran. Sebabnya ialah karena muridlah yang membutuhkan pengajaran dan bukan guru, guru hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang ada pada murid.
Guru mengenal murid-muridnya dengan maksud agar guru dapat membantu pertumbuhan dan perkembangannya secara efektif. Adalah penting sekali mengenal dan memahami murid dengan saksama, agar guru dapat menentukan dengan saksama bahan-bahan  yang akan diberikan, menggunakan prosedur mengajar yang serasi, mengadakan diagnosis atas kesulitan.
Untuk mengenal murid, guru dapat menggunakan bermacam-macam alat.
Cumulative record
Sistem cumulative record berisikan banyak macam keterangan tentang murid.
Anecdotal record
Anecdotal record ialah catatan tertulis tentang satu atau lebih observasi-observasi guru  terhadap kelakuan dan reaksi-reaksi murid dalam berbagai situasi.
Percakapan-percakapan dan wawancara informal
Dalam percakapan-percakapan secara informal dengan murid, sebelum masuk sekolah, dalam waktu istirahat dan waktu-waktu lainnya, minat, reaksinya terhadap sekolah, pengalaman-pengalaman yang didapat diluar sekolah, motivasi, dan aspirasi mereka.
Observasi
Guru dapat menggunakan setiap kesempatan yang ada setiap hari untuk mengamati tingkah laku murid-muridnya.
Angket
Angket terdiri dari sejumlah pertanyaan tertulis yang disampaikan kepada murid-murid untuk mendapatkan jawaban yang tertulis.

Diskusi informal
Para siswa mengadakan diskusi secara informal, dan  guru mendengarkannya.
Tes
Tes tertulis, baik yang dibuat oleh guru maupun tes yang telah disusun oleh para ahli atau lembaga tertentu, guru dapat mengetahui tentang hasil pendidikan para siswa, tingkat inteligensi, sifat-sifat kepribadian, sikap dan abilitas tiap murid.
Projective techniques
Dengan teknik ini akan menyebabkan murid-murid mengekspresikan atau memproyeksikan minat, keinginan, sikap atau pendapatnya.
Sosiometri
Tes sosiometri digunakan untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antara pribadi siswa atau hubungan sosial di antara murid-murid di dalam satu kelas.
Konferensi Antara Orang Tua dan Guru
Dalam kesempatan mengunjungi orang tua murid (home visit) san  mengadakan pertemuan (konferensi) dengan orang tua murid tersebut untuk melaporkan kemajuan belajar murid maka guru sebaiknya menggunakan kesempatan itu untuk mempelajari situasi keluarga.
Studi Kasus
Dengan studi kasus, guru dapat menghimpun banyak informasi tentang seorang murid dari berbagai sumber di dalam satu-kesatuan pola.
Profesi Guru
Jabatan Guru Memerlukan Keahlian Khusus
Jabatan guru dikenal sebagai suatu pekerjaan profesional, artinya jabatan ini memerlukan suatu keahlian khusus, seorang guru profesional dia menguasai betul tentang seluk-beluk pendidikan dab pengajaran serta ilmu-ilmu lainnya.
Syarat-Syarat Menjadi Guru
1)    harus memiliki bakat sebagai guru,
2)    harus memiliki keahlian sebagai guru,
3)    Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi,
4)    Memiliki, mental yang sehat,
5)    Berbadan sehat,
6)    Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas,
7)    Guru adalah manusia berjiwa Pancasila, dan
8)    Guru adalah seorang warga negara  yang baik.
Guru adalah manusia Pancasilais sejati
Bagi guru mental dan pandangan hidup Pancasila bukan saja penting untuk dirinya sendiri, melainkan besar sekali maknanya dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Guru harus memiliki keahlian sebagai guru
Setiap guru profesional harus menguasai pengetahuan yang mendalam dalam spesialisasinya.
Guru harus memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi
Karena tuntutan tugasnya maka setiap guru harus memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi.
Guru harus memiliki mental yang sehat
Seorang  guru tidak boleh memiliki mental yang terganggu, guru tidak boleh pemarah, pemalu, penakut, rendah diri, merasa cemas, mengisolasikan diri, agresif, pasif, pendiam, suka melamun, dan seterusnya.
Guru harus berbadan sehat
Badan sehat sangat membantu lancarnya pekerjaan guru.
Guru harus memiliki pemahaman dan pengetahuan yang luas
Pengalaman dan pengetahuan ini sangat diperlukan dalam pengajaran. Dia tidak cukup hanya menguasai pengethuan spesialisasinya saja, akan  tetapi pengalaman dan pengetahuan umum perlu juga dipahami.
Guru harus seorang warga negara yang baik
Sebagaimana warga negara lainnya maka guru harus mematuhi semua peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Guru harus turut serta menyukseskan semua program pemerintah dengan jalan turut serta melakukan kegiatan-kegiatan yang sejalan dengan program itu.
Tentang pendidikan guru
Lembaga ini bukan saja bertujuan mendidik agar para calon menjadi pribadi yang terdidik, tetapi juga  memberikan kemampuan agar mereka sanggup melaksanakan pendidikan kepada siswa didik, dalam hal mana yang menjadi garapan mereka kelak bukanlah benda mati melainkan manusia hidup yang bersifat unik.
Pendidikan guru berlangsung seumur hidup
Pada dasarnya pendidikan guru itu bukan hanya berlangsung 3 atau 5 tahun saja, melainkan berlangsung seumur hidup.
Pandangan modern seperti yang dikemukakan oleh Adams dan Dickey bahwa peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi :
a)    guru sebagai pengajar (teacher as instructor)
b)    guru sebagai pembimbing (teacher as counselor)
c)    guru sebagai ilmuwan (teacher as scientist)
d)    guru sebagai pribadi (teacher as person)
e)    guru sebagai penghubung (teacher as communicator)
f)     guru sebagai moderisator, dan
g)    guru sebagai pembangun (teacher as contructora)
Guru harus menuntu murid-murid belajar
Tanggung jawab guru yang terpenting ialah merencanakan dan menuntut murid-murid melakukan kegiatan-kegitan belajar guna mencapai  pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan.
Turut serta membina kurikulum sekolah
Guru merupakan seorang key person yang paling mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan murid, dia turut aktif dalam pembinaan kurikulum di sekolahnya.
Memberikan bimbingan kepada murid
Bimbingan kepada murid agar  mereka mampu mengenal dirinya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mampu menghadapi kenyataan dan memiliki stamina emosional yang baik, sangat diperlukan.
Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar
Guru bertanggungjawab menyesuaikan semua situasi belajar dengan minat, latar belakang dan kematangan siswa.
Menyelenggarakan Penelitian
Sebagai seorang yang bergerak dalam bidang keilmuan bidang pendidikan maka ia harus senatiasa memperbaiki cara bekerjanya.
Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif
Guru tak mungkin melaksanakan pekerjaan secara efektif, jikalau ia tidak mengenal masyarakat seutuhnya dan secara lengkap.
Menghayati, mengamalkan, dan mengamalkan Pancasila
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa yang mendasari semua sendi-sendi hidup dan kelompok sosial yang terbesar termasuk sekolah.
Perencanaan pembelajaran :
Perencanaan tahunan
Perencanaan ini berfungsi sebagai rencana jangka panjang untuk sekolah. Disusun berdasarkan kurikulum course of studies yang memberikan bahan-bahan tentang pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi murid pada setiap kelas/tingkat.
Rencana hari pertama ini memuat hal-hal antara lain; melaksanakan hal-hal yang bersifat rutin, prosedur dan bahan pengajaran, pengaturan tempat duduk murid, cara pendekatan guru terhadap murid, misalnya mengadakan diskusi, demonstrasi, menugaskan seorang murid untuk menceritakan pengalamannya (semasa liburan) di depan kelas, pendekatan informal, memberikan keterangan-keterangan pendahuluan tentang tujuan-tujuan pelajaran, skop pelajaran  dan bahan-bahan bacaan yang diwajibkan.
Perencanaan yang telah disusun sebelumnya hanyalah pada garis besarnya saja. Rencana itu harus bersifat fleksibel, artinya setiap saat apabila perlu dapat diubah, dilengkapi atau dikurangi. Perubahan ini dilakukan sambil berjalan, sehingga rencana itu betul-betul bersifat dinamis.
Penyusun rencana adalah menjadi tanggungjawab bersama dari semua guru, kepala sekolah, pemilik, dan pengawas.
Guru dapat mengikutsertakan murid dalam pembuatan perencanaan pembelajaran. Kepada mereka perlu diberikan kesempatan menyumbangkan bahan pikirannya dalam diskusi kelompok dalam menyusun rencana, agar itu milik mereka dan bertanggung jawab melaksanakannya.
Rencana mingguan adalah suatu rencana mengajar yang disusun untuk selama satu minggu, dimana di dalamnya berisikan rencana harian untuk setiap mata pelajaran.
Pada pokok rencana kerja harian itu terdiri dari dua kegiatan, ialah resitasi dan directed study. Kedua  kegiatan ini dihubungkan dengan  tujuan unit dan tujuan pelajaran.

Evaluasi Pengajaran
Evaluasi pengajaran merupakan suatu komponen dalam sistem pengajaran, sedangkan sistem pengajaran itu sendiri merupakan implementasi kurikulum, sebagai upaya untuk menciptakan belajar di kelas. Fungsi utama evaluasi dalam kelas  adalah untuk menentukan hasil-hasil urutan pengajaran.
Evaluasi menurut Kourilski (tindakan tentang penetapan derajat peguasaan atribut tertentu oleh individu atau kelompok). Proses evaluasi umumnya berpusat pada siswa. Ini berarti evaluasi dimaksudkan untuk mengamati hasil belajar siswa dan berupaya menentukan bagaimana menciptakan kesempatan belajar. Evaluasi juga dimaksudkan untuk mengamati peranan guru, strategi pengajaran khusus, materi kurikulum, dan prinsip-prinsip belajar untuk diterapkan pada pengajaran.
Tujuan evaluasi untuk memperbaiki pengajaran dan penguasaan tujuan tertentu dalam kelas. Menurut Percival, Evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan sistem mengajar/belajar sebagai suatu keseluruhan.
Assessment adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur prestasi belajar (achievement) siswa sebagai hasil dari suatu program instruksional.
Fungsi evaluasi
  1. Fungsi edukatif adalah suatu subsistem dalam sistem pendidikan yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keseluruhan sistem dan atau salah satu subsistem pendidikan.
  2. Fungsi instutisional; evaluasi berfungsi mengumpulkan informasi akurat tentang input dan output pembelajaran di samping proses pembelajaran itu sendiri.
  3. Fungsi diagnostic; dengan evaluasi dapat diketahui kesulitan masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh siswa dalam belajarnya
  4. Fungsi administratif; evaluasi menyediakan data tentang kemajuan belajar siswa, yang pada gilirannya berguna untuk memberikan sertifikasi.
  5. Fungsi manajemen :  komponen evaluasi merupakan bagian integral dalam sistem manajemen, hasil evaluasi berdaya guna sebagai bahan bagi pemimpin untuk membuat keputusan manajemen pada semua jenjang manajemen.
Paradigma Evaluasi
Ada dua pola pendekatan evaluasi yang saling bertentangan. Pendekatan pertama disebut agricultural/botanical approach yang merupakan refleksi pendekatan ilmiah (scientic) terhadap evaluasi, sedangkan yang lainnya adalah social/anthropological approach yang lebih berkenaan dengan proses-proses tersembunyi yang terjadi sepanjang pengalaman pendidikan.
Teknik-teknik evaluasi
Penentuan teknik evaluasi bergantung pada jenis informasi yang diharapkan, apakah mengenai hasil perubahan tingkah laku (KAP) atau tentang operasi pelaksanaan sistem instruksional.
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
  1. Istilah interaksi berpangkal pada konsep komunikasi yang berarti menjadikan milik bersama atau memberitahukan tentang pengetahuan. Pikiran-pikiran, keterampilan, dan nilai
  2. Interaksi edukatif adalah proses interaksi yang disengaja, sadar, tujuan, yakni untuk mengantarkan anak didik ke tingkat kedewasaan
  3. Interaksi edukatif memiliki ciri-ciri, sadar tujuan, ada bahan/pesan, ada subjek didik/pelajar, ada guru, ada metode, ada situasi yang kondusif ada penilaian.
  4. Ciri-ciri interaksi belajar mengajar yakni memiliki tujuan ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, ditandai suatu penggarapan materi secara khusus; ditandai dengan aktivitas, ada guru yang berperan sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin dan ada batas waktu untuk pencapaian tujuan serta sudah barang tentu perlu adanya kegiatan penilaian...............\sumber : http://meetabied.wordpress.com/2010/06/04/makna-dan-ciri-interaksi-edukatif/

Minggu, 05 Desember 2010

kegiatan SD Islam Tahta Syajar with kidzania indovision


Pada tanggal 25 November 2010, SD Islam Tahta Syajar mendapat kunjungan dari kidzania yang bekerjasama dengan indovision mengadakan acara nonton bareng "monster laut". dan memperkenalkan kepada siswa-siswi sebuah perangkat indovision.
Pada kesempatan kali ini indovision memberikan fasilitas free berlangganan selama 30 hari bagi siswa yang berminat untuk berlangganan indovision. dalam chennel indovision diperkenalkan beberapa chennel pembelajaran, chartoon , serta sport dll.
Setelah nonton bareng indovision memebrikan bingkisan / hadiah kepada peserta nonton bareng yang menjawab pertanyaan yang diberikan. mereka yang beruntung adalah Fadhil, Safina, Asa Cantika, Levi, Fera.. 
Berikut foto-foto kegiatan tersebut

















Minggu, 28 November 2010

Memompa Motivasi Belajar Anak

Memotivasi anak untuk belajar berbeda-beda menurut usianya. Di jenjang SD, usia ini dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu kelas rendah (kelas 1-3 SD) dan kelas atas (kelas 4-6 SD). Menurut Karmila Wardhana, S.Psi ., memiliki
ciri khas yang berbeda.
KELAS 1-3 SD
Anak-anak di kelas bawah masih menapaki masa transisi dari taman kanak-kanak yang aktivitas belajarnya dilakukan sambil bermain ke jenjang sekolah dasar yang formal. Maksudnya, mereka dituntut untuk banyak berada dalam dalam kelas dan duduk tenang memperhatikan penjelasan guru serta mengerjakan tugas-tugas.
Anak-anak sering mengalami schoolphobia. Ilustrasi: freewebs.com
Tuntutan tersebut tentu saja menyulitkan karena sebenarnya murid-murid kelas rendah masih dalam usia bermain. Sayangnya, banyak orang tua, bahkan guru, melupakan ciri khas usia ini. “Anak kelas 1-2 belum bisa diharapkan duduk lama karena rentang perhatiannya maksimal sekitar 15 menit. Jadi mereka bukan nakal kalau enggak bisa diam di kelas.”
Berkaitan dengan masa transisi ini pula, seperti dituturkan Mila, orang tua mesti peka dengan kemungkinan munculnya school phobia pada anak. Pahamilah bahwa perubahan-perubahan dari TK ke SD sering membuat murid kelas rendah “ketakutan”.
A
Belajar sambil bermain itu menyenangkan. Foto:wordpress.com
gar anak dapat melalui masa transisinya dengan mulus, orang tua dapat membantu dengan memberikan motivasi belajar yang pas menurut ciri khas anak usia kelas 1-3 SD atau kurang lebih 6-8 tahun. Inilah pokok-pokoknya:
Belajar sambil bermain
Pada prinsipnya hampir sama dengan cara belajar anak TK. Namun, untuk anak SD alihkan ke cara bermain yang lebih konstruktif. “Tolong ambilkan Bunda 2 cokelat, dong. Nah, di tangan Bunda sudah ada 1 cokelat. Bunda jadi punya berapa cokelat sekarang? Suasana belajar pun tak perlu harus serius. Jadi tak selalu harus belajar di belakang meja, bisa juga sambil tiduran di lantai, misalnya.
Manfaatkan PR
Manfaatkan kesempatan ini. Ilustrasi: edulink.networks.net
Sampai saat ini Pekerjaan Rumah (PR) untuk murid kelas rendah masih menjadi pro-kontra. Menurut Mila, selama tidak berlebihan, sebenarnya PR banyak memberi manfaat. Salah satunya untuk mengulang sedikit pelajaran yang sudah didapat anak di sekolah. Masalah timbul kalau anak sering dijejali PR. Inilah yang sering menjadi beban bagi anak.
Beri dukungan
Dukungan memang selalu diperlukan, terutama saat anak menghadapi masa-masa sulit di sekolah. Bentuknya bisa sangat sederhana, misalnya ketika anak memperoleh nilai buruk, kita tidak perlu menjatuhkan vonis bahwa ia bodoh atau pemalas.
Beri dukungan sepenuhnya, saat mereka belajar. Foto: fabimoy.com
Lebih baik, luangkan waktu untuk mendiskusikan masalah tersebut dengan anak. “Sebagai awal, orang tua perlu mencari tahu perasaan anak ketika memperoleh nilai 50. Apakah ia kecewa, sedih atau biasa-biasa saja, karena jangan-jangan ia tidak mengerti bahwa nilai 50 itu berarti kurang.” Lalu tetaplah beri dukungan. “Untuk hari ini enggak apa-apa dapat 50. Kamu bisa dapat nilai yang lebih baik di ulangan berikutnya, tapi kamu harus belajar.”
Jadilah model yang baik
Ini berarti orang tua jangan sampai terlihat santai saat anak sedang belajar. “Misalnya, ketika sedang mengerjakan PR anak melihat ibunya menonton televisi dan ayahnya tidur. Bisa-bisa anak merasa diperlakukan tidak adil. ‘Ih, ayah, kok, bisa tidur sedangkan aku harus belajar?" Akan lebih baik bila saat anak belajar, orang tua juga tampak “belajar”, seperti menemani anak sambil membaca koran atau buku. Dengan begitu anak akan mendapat panutan.
Menetapkan jam belajar yang rutin salah satu kunci suksesnya. Ilustrasi: gifted.uconn.edu
Tetapkan jam belajar
Misalnya, dari jam 5 sampai 7 disepakati sebagai jadwal belajar anak. Namun, jadwal harus dibuat dengan mempertimbangkan jam sekolahnya. Berilah ia waktu untuk berisitirahat sebelum waktu belajar. Saat waktunya belajar, anak harus diberi pengertian bahwa rentang waktu itu harus diisi hanya untuk kegiatan belajar. Artinya ia tidak nonton teve, tidak mendengarkan radio, atau tidak bermain playstation.
ANAK 4-6 SD
Anak-anak SD kelas atas sebenarnya sudah diharapkan memiliki self learning regulation atau kesadaran untuk belajar sendiri. Jika pada anak kelas 1-3 SD, orang tua masih sangat terlibat dalam proses belajar anak, maka pada anak kelas 4-6 SD orang tua hanya jadi pendamping saja. Mereka sudah harus tahu apa yang mesti dikerjakan.
Namun begitu, orang tua tetap perlu menumbuhkan motivasi belajarnya agar tak kendur. Caranya, ingatlah bahwa salah satu ciri anak usia ini adalah penggunaan logika yang sudah semakin mendalam. Orang tua perlu memberikan alasan-alasan yang masuk akal tentang pentingnya belajar. Berikut beberapa kiatnya:
Kaitkan dengan Hobinya
Kalau hobi anak adalah menonton acara kuis di TV, orang tua bisa memberi komentar. “Dia bisa dapat menang dandapat hadiah mobil karena pintar. Wah, pasti dari kecil dia sudah senang belajar dan bisa mengatur waktu, deh!
Membuat jadwal, yuk! Ilustrasi: hill.troy.mi.us
Ajak untuk Mmembuat Jadwal
Pada usia ini biasanya anak mulai memiliki banyak kegiatan. Ada latihan basket, renang, jalan-jalan dengan teman, juga main games. Oleh karena itu, libatkan anak dalam pengaturan jadwal kegiatannya. Jelaskan bahwa anak boleh memiliki kegiatan apa pun, tapi belajar merupakan prioritas utama. Dengan diberi pengertian seperti itu dan dibiarkan mengatur jadwal sendiri, ia tidak akan merasa terpaksa. Jangan lupa, keterpaksaan hanya akan mengendurkan motivasi anak dalam belajar.
Rencanakan Masa Depan
Karena murid-murid kelas atas, terutama kelas 5 dan 6 sudah akan memasuki sekolah lanjutan, orang tua perlu mengajak anak untuk mengadakan rencana masa depan. “Kamu mau masuk SMP mana? Kira-kira di situ NEM-nya berapa, ya? Yuk kita mulai kejar dari sekarang supaya kamu bisa lolos ke sana!”
Namun, Mila mengingatkan agar orang tua juga melihat kenyataan. Jika harapan anak terlalu tinggi, maka harus didiskusikan. “Kalau orang tua melihat anak akan sulit masuk ke salah satu sekolah favorit, ia perlu diajak mencari alternatif. ‘Kalau enggak keterima di situ, kamu mau masuk sekolah mana lagi?’ Namun tentunya orang tua tetap memotivasi anak untuk belajar lebih baik.”
Berdasarkan penelitian, anak-anak yang berhasil ternyata memiliki pengaturan waktu yang baik, tertib mengikuti jadwal, dan disiplin dalam belajar. Itu semua bisa didapat bila anak sudah memiliki self learning regulation.
Namun ingat, selain memotivasi anak untuk belajar, orang tua juga perlu memberinya waktu bermain. Jangan sampai tujuh hari dalam seminggu diisi kegiatan belajar terus-menerus. “Mentang-mentang Senin-nya masuk sekolah, Minggu pun diharuskan belajar. Lebih baik gunakan hari libur sebagai playtime untuk menghindari kebosanan anak akan belajar,” begitu Mila menekankan. (Faras Handayani/Nakita)

Sumber : http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Parents-Area/Tips/Memompa-Motivasi-Belajar-Anak 

permainan anak

Permainan anak tidak terlepas dengan masa kanak-kanak yang indah dan menggembirakan.
--Filosof Anak--

Apabila kita ditanya tentang masa kanak-kanak, tentu kita akan dengan suka cita menceritakan berbagai pengalaman menyenangkan yang pernah dialami.

Semuanya begitu indah dan menggembirakan. Mengapa demikian? Karena masa kanak-kanak adalah masa bermain. Hampir atau bahkan semua aktivitas anak-anak adalah bermain!

Namun masih ada orang tua yang beranggapan bahwa bermain adalah aktivitas membuang-buang waktu. Mereka lebih suka melihat anaknya belajar dengan duduk rapih tanpa keributan, daripada bergerak (moving) dan bersuara (noice).

Bermain cara efektif untuk belajar

Padahal, jika semua orangtua tahu dan menyadari bahwa aktivitas gerak dan suara anak (bisa disebut bemain) adalah cara yang paling efektif untuk anak belajar sesuatu. Sebab, bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak.

Lewat permainan, anak akan mengalami rasa bahagia. Dengan perasaan suka cita itulah syaraf/neuron di otak anak dengan cepat saling berkoneksi untuk membentuk satu memori baru. Itulah sebabnya mengapa anak-anak dengan mudah belajar sesuatu melalui permainan.

Perlunya Bermain

  • Belajar dari permainan (Learning by playing)
    Permainan seharusnya memiliki nilai seimbang dengan belajar. Anak dapat belajar melalui permainan (learning by playing). Banyak hal yang dapat anak pelajari dengan permainan, keimbangan antara motorik halus dan motorik kasar sangat memengaruhi perkembangan psikologi anak. Seperti kata Reamonn O Donnchadha dalam bukunya The Confident Child Permainan akan memberi kesempatan untuk belajar menghadapi situasi kehidupan pribadi sekaligus belajar memecahkan masalah

  • Permainan mengembangkan otak kanan
    Disamping itu tentu saja anak mempunyai kesempatan untuk menguji kemampuan dirinya berhadapan dengan teman sebayanya dan mengembangkan perasaan realistis akan dirinya. Bermain melalui permaianan memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan otak kanan, kemampuan yang mungkin kurang terasah di sekolah maupun di rumah

  • Permainan mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak
    Dalam permainan kelompok, anak belajar tentang sosialisasi yang menenpatkan dirinya sebagai mahluk sosial. Anak mempelajari nilai keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki suatu kelompok. Ketika anak memainkan peran baik atau jahat membuat anak kaya akan pengalaman emosi, anak akan memahami perasaan yang terkait dari ketakutan dan penolakan dari situasi yang dia hadapi.
Dengan kegiatan bermain memberikan kesempatan kepada anak untuk mempraktikkan rasa percayanya kepada orang lain dan kemampuan dalam bernegosiasi, memecahkan masalah (problem solving) atau sekedar bergaul dengan orang sekitarnya.

Jenis permainan

Pada dasarnya, semua jenis permainan mempunyai tujuan yang sama yaitu bermain dengan menyenangkan! Yang membedakan adalah pengaruh atau efek dari jenis permainan tersebut. Ada dua jenis permainan, yaitu: Permainan Aktif dan Permainan Pasif. Permainan aktif dan pasif iini hendaknya dilakukan dengan seimbang.

  • Permainan olah raga (sport):
    Bagi orang dewas, olahraga bukan lagi menjadi sebuah permainan tetapi sesuatu yang serius dan kompetitif. Namun bagi anak, olah raga bisa menjadi satu permainan yang menyenangkan yang mengandung kesenangan, hiburan, dan bermain, tetapi tidak juga terlepas dari unsur partisipatif dan keinginan untuk unggul.

    Dalam permainan olahaga anak mengembangkan kemampuan kinestetik dan pengembangan motivasi untuk menunjukkan keungulan dirinya (penekanan bukan pada persaingan tapi pada kemampuan) memberi kekuatan pada dirinya sendiri serta belajar mengembangkan diri setiap waktu.
  • Permainan perkelahian (body contact):
    Jenis permainan ini termasuk permainan modern, tapi banyak orang tua maupun guru memandangnya skeptic dan cemas, ini beralasan dari efek yang mungkin serius. Permainan ini merupakan jenis permainan modifikasi yang menuntut keseriusan anak untuk memenuhi kebutuhan akan kekuasaan.
    Hal tersebut sehat dan positif bagi anak, berguna untuk menguji keunggulan dan kekuatan di lingkungan sekitar. Jenis permainan ini adalah untuk menguji kemampuan dan pemikiran anak dalam dunia nyata dengan segala akibatnya.

Katagori permainan pasif

  • Permainan mekanis
    Seiring perkembangan, jaman dan teknologi memberi pengaruh besar dalam perkembangan jenis permainan untuk anak. Alat teknologi canggih seperti komputer bukan lagi milik orang dewasa, tapi telah menjadi barang biasa buat anak-anak.
  • Berbagai games atau permainan virtual telah tersedia di dalamnya (computer). Bermain komputer tidak sama dengan bermain bersama teman, anak bermain sendiri dengan kesenangannya. Sisi negatif Sisi negatif permainan mekanis ini adalah kurangnya pembentukan sikap anak untuk menerima dan memberi (take and give). Anak memegang kendali penuh atas teman mainnya dan si teman mainnya akan melakukan apapun yang diinginkan anak. Kendali penuh ini akan menimbulkan reaksi serius bila anak menyalurkannya dalam pertemanan di lingkungan sosialnya. Sisi positif Namun, hal positif anak memiliki keterampilan komputer yang akan diperlukan anak sebagai sarana hidupnya.
  • Permainan fantasi
    Fantasi merupakan praktik permainan yang khusus dilakukan sendiri. Anak dapat membentuk dunia sesuai dengan keinginannya (imaginasi).Sebaiknya, orang tua tidak memaksa anak untuk selalu bermain dengan teman-temannya karena akan menciptakan kesan bahwa bermain sendiri itu salah.

    Permainan fantasi selain proses kreatif mengembagkan kemampuan sisi otak kanan, juga untuk pembentukan kecerdasan interpersonal (salah satu dari delapan kecerdasan teori multiple intelligence, Howard Garner) 
     
     
     
    Sumber : http://www.anneahira.com/kesehatan-anak/permainan-anak.htm